Cari Blog Ini

Sabtu, 09 Juli 2011

Catatan Pameran When I Was A Kid By Mas Aldila Tabah

Diposkan ulang oleh: Afryan Akhlas R.


Fiuuuh, narik napas dulu. Akhirnya kelar juga apa  yang selama dua minggu ini ada di kepala gw. Pameran cuy. Akhirnya selesai juga ...

ada tukang pijet nyempil
Kemaren, tanggal 2 - 4 Juni gw ama temen-temen satu kelas baru aja selese ngadain tugas akhir, yaitu pameran. Mata kuliahnya pameran,  salah satu gol yang harus kita (gw ama temen sekelas) lakuin adalah menyelenggarakan sebuah pameran.Itu standarnya, kalo bisa sih pamerannya yang sukses meriah dan tercatat dalam sejarah.

Pertama masuk kelas ini, gw udah agak males si sama kuliahnya. Karena gw tau, endingnya bakal ngeluarin duit yang cukup banyak n menyita waktu dan tenaga yang ngga bisa dibilang sedikit. Lumayan berbanding sih sama pengalaman yang bisa didapet kalo pamerannya sukses. Yang nambah ga enaknya, dosen gw  susah ditebak. Pemikirannya bener-bener absurb kaya glester di kutub utara. Ada tuh 4 hari menjelang pameran, konsepnya diubah ama dosennya. Panik-panik dah.

Waktu masing-maisng disuruh bikin proposal buat pameran, yang nantinya ditentukan yang terbaik bakal jadi leader n idenya dipake buat pameran akhir, gw bikinnya asal jadi aja sih. Emang niatnya ga serius sih , soalnya gw tau,  kalo kepilih jadi leader, ngatur semuanya bakal ribet. Waktu yang dikasih juga cuman bentar banget, sebulanan gitu. Gw masih belom siap jadi leader *yee elo GR aja beh, belom tentu juga proposal lo yang dipilih haha. Cari aman  lah intinya.

Setelah rapat dan segala tetek bengeknya, akhirnya kepilih proposal temen gw, M panggilannya. Yoi bener "M" , kaya "M" di film James Bond gitu. Idenya lumayan seru, karena kita ngadain pameran tentang gambar anak, dan berlokasi di kebon binatang. Kebon binatang? temen-temen gw pada seneng, gw si tepok jidat. Ga siap buat pulang kampung *haha ketawa hambar.

Gw jadi seksi publikasi. Entah kenapapa gw lebih suka menyebutnya dengan kata "Seksi" daripada "sie". Buat gw, "sie" berkesan centil dan feminim. Dan tugasnya ribet banget jo. Segala macam hal dari desain spanduk, bikin leflet, katalog, baju , poster pameran, beli galon ampe motongin bawang juga gw yang lakuin. Kerja dari subuh, ampe subuh lagi. Haha nggak yang ini berlebihan. Intinya lumayan menguras tenaga banget. 

Terlepas dari gonjang-ganjing yang terjadi selama acara pameran, mulai dari dosen yang salah jadwal, ampe hal lainnya gw anggep sebagai bagian dari pembelajaran. Gw ngerasa event kemaren bikin gw ama temen-temen satu kelas makin bisa belajar leadersip, tanggung jawab, ngurusin orang banyak, angkut-angkut barang sampe belajar naik becak air. Lumayan cuy, acaranya di kebon binatang, 3 hari bisa gratis naik semua wahana di sana. Oh iya makasih juga buat pihak Taman Margasatwa Semarang.

Udah dulu ah, masih kebayang ama monyet-monyetan di sana.
http://mraldilatebeh.blogspot.com/2011/06/pameran.html

Senin, 30 Mei 2011

Jadwal Pameran

No
Waktu
Jenis Kegiatan
Tempat
Penanggung Jawab
Keterangan
Hari, tanggal
Pukul
1
Kamis,
2 Juni 2011
08.30-08.45
Performance art
Taman Margasatwa Semarang
Juju Rihasworo
MC. Aldila Tabah, Dwi Wahyuni, Aola Romadhona

09.30


Pembukaan pameran dan lomba
Siti Sholehatun

Sambutan ketua panitia

Sambutan pengelola taman margasatwa

Sambutan Dosen pendamping kegiatan

Pemotongan pita

09.30-12.30
Pelaksanaan Lomba
Ruri Widyatama
MC. Maulida Ari

12.30-13.30
Istirahat Lomba


13.30-14.00
Pengumuman pemenang Lomba


14.00-15.00
Pemasangan karya hasil lomba untuk ikut dipamerkan
Jauhar Fahri


15.00
Penutupan


2
3 Juni 2011
09.00-17.00
Pelaksanaan Pameran
Taman Margasatwa Semarang
Aola Romadhona

3
4 Juni 2011
09.00-13.00
Pelaksanaan Pameran
Taman Margasatwa Semarang
Dwi Wahyuni K

13.00-14.00
Penutupan Pameran
Ali Mahfudli
MC. Aldila Tabah







Poster Pameran

Pameran dan Lomba Gambar Anak

“When I Was A Kid…” 
Refleksi Terhadap Kehidupan Masa Anak 


Latar Belakang Pameran
        Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kehidupan bangsa di masa depan tergantung pada bagaimana saat ini kita menyikapi anak. Pembatasan imajinasi anak berdampak pada kematian kreativitas. Akibatnya, anak cenderung putus asa ketika menghadapi permasalahan. Bila dibiarkan, sifat ini akan berlanjut dan dibawa ketika anak tumbuh dewasa.
            Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut, dengan memberi ruang berekspresi kepada anak melalui kegiatan melukis. Anak pada umumnya senang melukis. Anak sering menuangkan imajinasinya dalam bentuk gambar dengan mencorat-coret dinding, buku tulis, meja, kertas, dan lain-lain. Kebiasaan ini hendaknya jangan dilarang, akan tetapi diarahkan dan dibina. Dengan pembinaan yang baik, anak akan mampu mengembangkan daya cipta dan kreativitas melalui kegiatan melukis tanpa mengganggu kepentingan orang lain.
            Karya-karya lukis anak biasanya dianggap jelek atau lucu oleh orang dewasa. Hal ini wajar karena memang lukisan yang dihasilkan anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan lukisan yang dihasilkan oleh orang dewasa. Proporsi, anatomi, dan kualitas garis pada lukisan karya anak bisa dikatakan jauh dari sempurna bila dilihat dari perspektif orang dewasa. Dibalik kekurangsempurnaan ini sebenarnya terkandung kepolosan pola pikir anak. Apa yang dilukiskan anak merupakan buah pikir dan perasaan tanpa rekayasa. Anak memiliki cara tersendiri untuk mengekspresikan ungkapan jiwa. Cara anak tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Anak memiliki dunianya sendiri.
Sebagai orang dewasa hendaknya kita memberikan apresiasi yang tinggi terhadap karya anak. Untuk memberikan apresiasi tentunya dengan mengamati, menikmati, dan memahami karya tersebut. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memamerkan karya anak. Kegiatan pameran yang diadakan oleh Mahasiswa Jurusan Seni Rupa UNNES yang bekerjasama dengan Taman Marga Satwa Semarang adalah sebagai wadah yang memungkinkan terjadinya komunikasi dari anak (seniman) kepada orang dewasa atau masyarakat (publik seni) melalui karya-karya mereka.
Selama ini kegiatan berkarya seni rupa anak khususnya dalam hal melukis masih banyak yang dilakukan hanya di sekolah. Mereka lebih difokuskan pada pelajaran-pelajaran yang “berbau” eksak. Orang tua lebih senang anaknya mendapat nilai 8 pada mata pelajaran matematika daripada mendapat nilai 9 pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Di sekolah pun karya mereka ditumpuk setelah dinilai guru. Bagaimana mungkin masyarakat dapat mengapresiasi bila hal ini terjadi.
Tujuan Utama Pameran
Kegiatan pameran bertajuk “When I Was Kid…” yang diadakan oleh Mahasiswa Jurusan Seni Rupa UNNES bekerjasama dengan Taman Marga Satwa Semarang bertujuan untuk memfasilitasi kegiatan apresiasi terhadap karya anak. Kegiatan ini merupakan jembatan yang menghubungkan publik seni dengan karya anak. Publik seni tidak perlu repot-repot mengumpulkan atau mengamati karya anak dengan mendatangi tempat mereka secara langsung. Anak juga mendapat kebebasan untuk menunjukkan karya mereka tanpa mendapat tekanan, cemooh, atau larangan dari orang lain.
Pameran ini juga sebagai sarana aktualisasi diri anak. Sebenarnya anak mempunyai keinginan untuk beraktualisasi diri. Jika kita ingat kembali masa lalu atau saat ini kita datang ke suatu sekolah, perhatikan pada dinding, meja, dan kursi yang ada di kelas. Anda akan sulit menemukan meja yang tanpa coretan. Setiap meja pasti penuh dengan tulisan atau gambar-gambar siswa. Lihat juga pada dinding kamar mandi siswa. Pastilah akan ditemukan hal yang sama. Fenomena ini tidak hanya terjadi di sekolah SD. Pada jenjang sekolah menengah maupun perguruan tinggi masih kerap kali ditemukan. Mereka memanfaatkan sarana yang ada sebagai “ruang pameran”. Mereka ingin “karya” mereka dibaca, dilihat, didengar maupun dirasakan orang lain. Tempat-tempat atau benda yang memungkinkan mudah dilihat orang, menjadi sasaran aksi mereka. Bukankah hal ini merupakan sebuah ironi. Anak ingin “bicara” tetapi tidak terfasilitasi. Seharusnya guru memberi kesempatan kepada mereka untuk beraktualisasi diri, misalnya dengan menyelenggarakan pameran, bukan malah memarahi, atau bahkan menghukum.
Pameran “When I Was Kid…” merupakan sebuah refleksi terhadap kehidupan kita di masa kecil. Mungkin sebagian dari kita semasa kecil ada yang dimarahi orang tua ketika mencorat-coret tembok. Ada juga yang diberikan kertas dan pensil untuk menggambar. Banyak sikap yang kita terima saat masa kecil ketika kita menggoreskan pensil ketembok, buku kakak, baju, dll. Pameran ini mengajak masyarakat untuk menghargai karya anak dengan kembali mengingat masa kecil mereka. Dengan melihat kedalam diri dan mengingat masa lalu, kita akan memahami dunia anak. Dunia yang sama sekali berbeda dengan dunia orang dewasa. Dunia yang penuh imajinasi, permainan, dan  rasa ingin tahu yang tinggi. Pameran ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memberi ruang kepada anak dalam berekspresi.
Tidak akan sukses dan lancar sebuah kegiatan tanpa adanya kerjasama dengan berbagai pihak. Dalam hal ini, kegiatan pameran karya seni rupa anak yang diadakan oleh Mahasiswa Jurusan Seni Rupa UNNES yang bekerjasama dengan Taman Marga Satwa Semarang, tentunya sangat mengharapkan partisipasi dari pihak-pihak yang terkait dan masyarakat luas pada umumnya.